Sensasi dan Persepsi
Di dalam dunia psikologi kita mengenal fenomena yang terjadi sebagai akibat
dari proses sensorik yang terjadi pada alat-alat indera yang mencakup mata, telinga,
hidung, lidah dan kulit, yang biasanya kita sebut dengan sensasi. Interpretasi dari sensasi
ini kemudian di proses di dalam otak yang kemudian akan menjadi sebuah persepsi. Saat
seseorang mencubit kita misalnya, maka pada saat itu kita sedang merasakan proses
sensasi dan persepsi, kulit menjadi alat indera yang diberi stimulus kemudian terjadi
transduction yang kemudian akan melalui beberapa proses di otak hingga akhirnya
menjadi sebuah persepsi. Persepsi ini sendiri bisa tidak mencerminkan stimulus aslinya
maka dari itulah terkadang kita mendengar ungkapan mengenai persepsi orang itu
berbeda-beda, hal itu memang demikian adanya dikarenakan persepsi bukan hanya
tergantung pada bagaimana stimulus itu, melainkan persepsi juga mengikutsertakan
pengalaman seseorang, emosi, lingkungan, serta ingatan-ingatan personal seseorang.
Sensasi dapat diartikan sebagai kesadaran pertama kita terhadap stimulus
eksternal. Menurut Dennis Coon, sensasi dapat terjadi apabila alat-alat indera mengubah
informasi (stimuli) menjadi impuls-impuls syaraf dengan ‘bahasa’ yang dipahami oleh
otak. Agar sebuah sensasi bisa menjadi persepsi maka harus melalui beberapa tahap
terlebih dahulu, stimulus menjadi syarat utama agar terjadinya proses sensasi dan
persepsi. Stimulus ini sendiri dapat berupa cahaya, suara, suhu, dan sebagainya yang
kemudian akan di transduksi (proses dimana panca indera merubah energi fisik menjadi
sinyal-sinyal listrik yang kemudian menjadi impuls syaraf sebelum diteruskan ke otak
untuk diproses menjadi sebuah persepsi). Di otak kemudian impuls syaraf tadi akan
masuk ke dalam primary areas yang akan mengubah impuls syaraf menjadi sensasi,
dilanjutkan di association areas yang di mana di area ini sensasi akan diubah menjadi
image yang bermakna. Tak sampai di situ saja, sebelum menjadi persepsi, otak mulai
akan mengumpulkan pengalaman, lingkungan, emosi, serta ingatan-ingatan personal
yang nantinya akan mempengaruhi persepsi suatu individu.
Untuk mencapai proses sensasi maka diperlukan alat-alat inderawi. Diantaranya :
- Mata (Penglihatan)
Untuk panca indera mata, rangsangan yang diberikan ialah berupa
penglihatan, panjang gelombang cahaya yang bisa ditangkap oleh mata adalah
kurang lebih 400-700nm. Di dalam mata terdapat sel batang dan sel kerucut, kedua
sel ini memiliki fungsinya masing-masing. Sel batang terdapat di tepi retina, yang
di mana sel ini sangat peka terhadap cahaya sehingga dapat memungkinkan kita
untuk dapat melihar dalam situasi gelap serta malam hari. Untuk sel kerucut, sel
ini terletak di pusat (fovea) retina, sel ini sangat peka terhadap panjang gelombang
yang beragam sehingga dengan adanya sel ini kita dapat melihat beragam warna.
Terdapat dua teori mengenai persepsi saat kita melihat warna, yaitu teori
trikromatik dan teori opponent process. Dalam teori trikromatik menyatakan
bahwa dalam sistem penglihatan ada tiga mekanisme, setiap sistem peka terhadap
rentang panjang gelombang tertentu, interaksi anatara ketiganya akan
menghasilkan semua pengalaman warna yang kita alami. Sedangkan dalam teori
opponent process, bahwa ada tiga tipe sel kerucut, masing-masing dari ketiganya
merespon pada dua panjang gelombang yang berbeda (Ewald Hering, 1870).
- Telinga (pendengaran)
Telinga merupakan alat indera yang mempunyai fungsi sebagai alat
pendengaran. Dalam sistem pendengaran kita mengenal istilah sound wave, yaitu
indera yang mendeteksi perubahan getaran di udara. Frekuensi daripada sound
wave dikenal dengan Hertz (Hz). Telinga manusia dapat mendeteksi sound wave
dari kisarann 20 hingga 20,000 Hz.
Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga
bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Di dalam telinga bagian tengah
terdapat tulang-tulang pendengaran (tulang sangurdi, tulang landasan, serta
tulang martil) yang berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang
telinga menuju ke rongga telinga dalam.
Selain itu, juga terdapat saluran eustachius yang berfungsi menghubungkan
telinga tengah dengan faring agar keseimbangan tekanan udara pada telinga luar
dan telinga tengah tetap terjaga. Telinga bagian dalam berada di dalam bagian
petrosa tulang temporal yang tersusun atas dua bagian yaitu tulang labyrinth
yang menonjol (bony labirynth) dan membran labyrinth. Selanjutnya di dalam
tulang labyrinth terbagi atas tiga bagian, yaitu vestibula, koklea, dan kanal
semisirkular. Koklea merupakan bagian telinga yang memegang peran paling
penting bagi pendengaran. Penampang melintang koklea terdiri dari tiga bagian
yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala
vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang
disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga
tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas skala media dibatasi oleh membran
vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran
basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi
mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan
sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari
gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak
dengan saraf vestibulokoklearis.
- Hidung (penciuman)
Hidung merupakan alat indra yang menganggapi rangsang berupa bau atau zat
kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut syaraf pembau
yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel ini mempunyai rambut-rambut
halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi
sebagai pelembab rongga hidung. Epithellium olfaktory pada bagian mieial rangga
hidung memiliki fungsi dalam penerimaan sensasi bau.
Ada 6 bau utama yang dapat ditangkap oleh indera ini:Bau rempah-rempah
o Bau harum
o Bau eteris
o Bau damar
o Bau busuk
o Bau hangus
– Lidah (Pengecap)
Lidah merupakan reseptor yang banyak mekiliki struktur tunas pengecap.
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berhubungan dengan rangsangan kimia.
Lidah merasakan berbagai macam rasa diantaranya manis, asin, asam dan pahit.
Indra perasa berhubungan dengan indra penciuman. Ada juga beberapa faktor
yang mempengaruhi perasa yaitu genetik, usia dan kulture
– Indra peraba
Kulit merupakan indra peraba. Kulit memiliki dua lapisan yaitu lapisan
epidermis dan lapisan dermis. Rangsangan peraba yang terdapat di kulit yaitu,
tekanan, suhu, sakit atau nyeri dan gerakan. Pada kulit terdapat ujung-ujung syaraf
sensorik sebagai reseptor khusu untuk sentuhan dan tekanan (fungsimojoreseptor),
temperatur (fungsi thermoreseptor), rasa sakit dan mendeteksi rasa asam, basa dan
garam (kemoreseptor).
Adapun beberapa proses yang melintasi semua sistem sensorik kita :
o Transduction
Proses dimana panca indera mengubah energi fisik ke sinyal-sinyal
listrik yang kemudian menjadi impuls syaraf dan diteruskan ke otak untuk
diproses.
o Absolute Treshold
Pengindraan akan terjadi sesudah adanya rangsang minimumdari
salahsatu indra. Masalah ini juga berhubungan dengan sejauh mana bisa
membedakan intensitas dua buah rangsang atau lebih. Perbedaan intensitas
ini harus mencapai suatu perbandingan tertentu agar dapat disadari.
Stimulus yang diterima oleh sel reseptor pada organ indra, masuk kesyaraf
sensoris lalu ke otak sehingga individu menyadari stimulus tersebut.
Intensitas stimulus terkecil yang harus ada agar suatu stimulus dapat
dideteksi disebut dengan absolute threshold (ambang batas mutlak).
Ambang batas stimulus diukur dalam kondisi ideal.
Secara umum kita tidak dapat mendeteksi stimulus karena keberadaan
noise. Noise adalah stimulus latar yang mengganggu persepsi terhadap
stimulus lain. Noise tidak hanya berupa stimulus auditoris tapi juga
stimulus visual, pengecap dan lain-lain
o Doktrin Energi Spesifik
Prinsip yang menyatakan bahwa modalitas sensoris yang berbeda
(penglihatan atau pendengaran) muncul karena sinyal/stimulus yang
diterima oleh alat panca indera merangsang jalan syaraf yang berbeda yang
mengarah pada area-area yang berbeda di otak.
Sinyal dari mataimpuls syaraf berjalan sepanjang syaraf optik
menuju korteks visual.
Sinyal dari telingaimpuls syaraf berjalan sepanjang syaraf auditoris
menuju korteks auditoris.
o Sinestesia
Kondisi dimana rangsangan pada satu indera menimbulkan sensasi pada
indera yang lainnya.
Warna ungu tercium seperti bunga mawar
Suara nada klarinet terasa seperti buah ceri
o Adaptasi Sensorik
Menurunnya respon/kepekaan dari alat panca indera ketika panca indera
terpapar oleh stimulasi yang berulang-ulang/terus-menerus.
o Deprivasi Sensorik
Ketiadaan stimulasi sensoris yang normal.
o Selective Attention
Kemampuan kita untuk memusatkan perhatian pada beberapa bagian
stimulus dari lingkungan saja dan mengabaikan stimulus yang lain.
o Inattentional blindness
Kegagalan untuk (secara sadar) mempersepsikan sesuatu yang sedang
dilihat karena tidak memperhatikan objek tersebut.
Persepsi merupakan Pengalaman sensoris yang bermakna yang dihasilkan setelah
otak menggabungkan ratusan sensasi atau juga proses mengatur dan meanafsirkan
informasi sensorik, yang memungkinkan kita mengenali objek atau peristiwa yang
bermakna. Proses merubah sensasi menjadi persepsi dipengaruhi oleh keadaan diri kita
(apakah diri kita dalam keadaan sadar, khawatir, emosional, mengantuk, termotivasi atau
dipengaruhi oleh obat-obatan ilegal)
DAFTAR PUSTAKA
https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSI-103-Psikologi-Umum-II-Sensasi-dan-Persepsi.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Telinga
sobur, A. 2009. Psikologi Umum dalam lintasan Sejarah. Penerbit CV P ustaka Setia:
Bandung
Wade, C dan Carol, T. 2007. Psikologi edisi ke-9. Penerbit Erlangga: Jakarta
No comments:
Post a Comment