B.
MOTIVASI
Motivasi adalah kekuatan yang menggerakkan seseorang
untuk bertindak, berpikir, dan merasakan. Perilaku yang termotivasi lebih
berenergi, lebih terarah, dan lebih berarti. (King, Laura A., 2017).
Motif atau dalam
bahasa Inggris “motive”, berasal dari kata movere atau motion, yang berarti
gerakan atau sesuatu yang bergerak. (Sarlito W. Sarwono, 2014) mengatakan bahwa
dalam psikologi, istilah motif pun erat hubungannya dengan “gerak”, yaitu
gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau perilaku.
Motif dalam psikologi berarti juga rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga
bagi terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku (behavior). Di samping istilah “motif”, dikenal pula
dalam psikologi istilah “motivasi”. (Sarlito W. Sarwono, 2014) mengatakan bahwa
motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang merujuk kepada seluruh proses
gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri
individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir
daripada tindakan atau perbuatan. Misalnya, seseorang yang baru lulus
universitas dan sedang mencari pekerjaan. Dia akan sangat bermotivasi dalam
mencari pekerjaan. Dia rajin membaca iklan lowongan kerja, rajin menulis surat
lamaran, dan ketika ada panggilan untuk mengikuti wawancara ia akan bangun
pagi-pagi sekali, mandi, bersiap-siap dan segera berangkat agar tidak
terlambat. Sementara itu motifnya sendiri untuk mencari pekerjaan adalah untuk
membantu orang tuanya yang sudah pension, di samping ia ingin belajar mandiri.
1. Teori tentang motivasi:
a.
Pendekatan
Evolusioner
Pendekatan evolusioner memperhitungkan peran insting
dalam motivasi. Insting adalah pola biologi bawaan dari perilaku yang
diasumsikan bersifat universal bagi suaitu spesies. Para psikolog evolusioner
menekankan bagaimana motivasi manusia berakar pada sejarah evolusioner kita (Bolhuis
dkk., 2011; Buss, 2012). Karena
pendekatan evolusioner menekankan pada pewarisan gen seseorang, teori ini
berfokus pada area kehidupan yang terutama relevan dengan reproduksi, seperti
perilaku seksual dan sebagainya. (King, Laura A., 2017).
b.
Teori
pengurangan dorongan
Cara lain untuk mempelajari motivasi adalah melalui
konstruksi dorongan dan kebutuhan. Dorongan adalah suaut kondisi tegangan yang
tergugah yang terjadi karena kebutuhan fisiologis. Dan kebutuan adalah
kekurangan yang memberikan energi pada dorongan untuk menghilangkan kekurangan
yang ada. Teori penurunan dorongan menjelaskan bahwa ketika dorongan menjadi
semakin kuat, kita termotivasi untuk menurunkannya. (King, Laura A., 2017).
2. Faktor yang mempengaruhi motivasi
Motivasi
seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal
a.
Faktor
internal yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri atas:
1)
Persepsi
individu mengenai diri sendiri
2)
Harga
diri dan prestasi
3)
Harapan
4)
Kebutuhan
b.
Faktor
eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri individu, yang terdiri atas:
1)
Jenis
dan sifat pekerjaan
2)
Kelompok
kerja dimana individu bergabung
3)
Situasi
lingkungan pada umumnya
4)
Sistem
imbalan yang diterima.
3. Sumber motivasi
Sumber motivasi
dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a.
Intrinsik
(berasal dari dalam diri individu)
Suatu perilaku dikategorikan didasari motivasi intrinsik
bila alasan dari perilaku tersebut berhubungan langsung dengan fungsi perilaku
tadi. Contoh: makan karena perut terasa lapar.
b.
Ekstrinsik
(berasal dari luar individu)
Suatu perilaku dikategorikan didasari motivasi ekstrinsik
bila alasan dari perilaku tersebut tidak berhubungan langsung dengan fungsi
perilaku tadi. Contoh: makan karena menghargai tawaran dari tuan rumah, padahal
perut tidak lapar.
No comments:
Post a Comment