Monday, December 2, 2019

metodologi penelitian


Klaim psikologis biasanya klaim tentang fakta, dan untuk diperiksa
pada klaim empiris ini, psikolog bergantung pada metode
ilmu.
PEMBUATAN OBSERVASI
·         Pengamatan ilmiah biasanya dimulai dengan pertanyaan atau hipotesis. 
Hipotesis harus cukup spesifik untuk dapat diuji, sehingga akan jelas hasil apa yang 
mungkin memalsukan hipotesis. Persyaratan untuk pengujian ini biasanya memerlukan 
definisi operasional dari istilah kunci dalam hipotesis, untuk menentukan variabel dependen studi.
 Data untuk studi juga harus dikumpulkan secara sistematis, sehingga peneliti biasanya 
mengabaikan bukti anekdotal.
·         Berdasarkan pengamatan mereka terhadap sampel, psikolog ingin menarik kesimpulan
 tentang populasi yang luas. Dalam pengambilan sampel acak, setiap anggota populasi memiliki 
kesempatan yang sama
·         Seringkali, peneliti menginginkan penelitian mereka untuk mencerminkan keadaan dunia yang
 lebih luas; dalam hal ini, mereka perlu memastikan validitas eksternal studi. 
Validitas ini tergantung pada banyak faktor, termasuk persyaratan bahwa penelitian itu sendiri
 tidak mengubah perilaku yang diharapkan para peneliti untuk dipahami.
Satu kekhawatiran di sini melibatkan isyarat karakteristik permintaan studi
yang bisa memberi isyarat kepada para peserta bagaimana
mereka seharusnya berperilaku. Salah satu cara untuk menghindari masalah ini adalah
 menggunakan desain double-blind.
dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti terkadang beralih ke prosedur lain, 
termasuk studi kasus.
 
BEKERJA DENGAN DATA
·         Peneliti menggunakan statistik deskriptif untuk meringkas data dari studi mereka. 
Ini termasuk ukuran tendensi sentral dari data, sering dihitung sebagai mean, dan ukuran
 variabilitas, sering dinilai dengan standar deviasi.
·         Peneliti juga menggunakan korelasi untuk meringkas pola data mereka, menanyakan apakah
 perubahan dalam satu pengukuran entah bagaimana terkait dengan perubahan dalam beberapa
 pengukuran lain. Keterkaitan ini sering diringkas melalui koefisien korelasi, r. Korelasi dapat 
digunakan untuk memeriksa keandalan pengukuran, dan mereka juga merupakan salah satu cara 
untuk menilai validitas ukuran.
·         Peneliti menggunakan statistik inferensial untuk membuat kesimpulan berdasarkan data
 mereka. Proses ini sering melibatkan pengujian perbedaan antara dua grup, dan biasanya 
memberikan penilaian signifikansi statistik hasil — yang pada akhirnya dinyatakan sebagai nilai p,
 kemungkinan mendapatkan pola data secara kebetulan.
 
OBSERVATIONAL STUDIES (STUDI OBSERVASIONAL
·         Studi observasional sangat penting untuk psikologi, tetapi mereka sering tidak informatif 
tentang sebab-akibat. Dalam beberapa penelitian observasional, kami tidak dapat memastikan
 observasi mana yang menjadi penyebabnya dan mana efeknya; dalam kasus lain, kita perlu 
khawatir tentang masalah variabel ketiga — gagasan bahwa beberapa variabel lain (yaitu, ketiga) 
memengaruhi kedua variabel yang diamati dalam penelitian kami.


ESTABLISHING CAUSE AND EFFECT: THE POWER OF EXPERIMENTS (PENYEBAB DAN PENGARUH: KEKUATAN EKSPERIMEN)
·         Untuk menilai sebab dan akibat, kembalilah secara cherstypically beralih ke eksperimen 
di mana mereka dengan sengaja mengubah beberapa aspek
 dari suatu situasi dan mengamati hasilnya. Sangat penting bagi peneliti untuk memperlakukan 
grup eksperimen dan grup kontrol dengan cara yang sama 
dalam segala hal kecuali untuk manipulasi eksperimental itu sendiri
·         Kedua kelompok juga harus dicocokkan pada awal percobaan. Dalam banyak kasus, 
peneliti menggunakan tugas acak untuk memastikan kelompok yang cocok.
 Dalam kasus lain, peneliti menggunakan perbandingan dalam subjek, meskipun mereka kemudian
 harus mengambil tindakan pencegahan lain untuk mengatasi
 masalah yang mungkin dibuat oleh urutan kondisi dalam prosedur.
·         Kesimpulan ilmiah jarang bergantung pada satu eksperimen. Sebaliknya, percobaan harus 
diteliti oleh peneliti lain dan biasanya direplikasi melalui penelitian selanjutnya. 
Hanya dengan begitu kita dapat dengan yakin mengatakan bahwa hipotesis asli telah dikonfirmasi
 atau tidak dikonfirmasi.
RESEARCH ETHICS (ETIKA PENELITIAN)
·         Para peneliti harus mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi kesehatan 
fisik peserta studi serta privasi, otonomi, dan martabat mereka. Jika persyaratan
 etika ini berbenturan dengan prosedur
·         Para peneliti harus mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi kesehatan fisik 
peserta studi serta privasi, otonomi, dan martabat mereka. Jika persyaratan etis ini bertabrakan
 dengan prosedur yang diperlukan untuk memastikan validitas studi, maka semua risiko
 kepada peserta harus diminimalkan. Setiap risiko yang tersisa harus sepenuhnya dibenarkan atas 
dasar ilmiah.
THE POWER OF SCIENCE (KEKUATAN ILMU)
·         Metode ilmu juga dapat digunakan untuk mengevaluasi klaim dalam kehidupan sehari-hari. 
Orang-orang dapat menerapkan metode ini untuk membantu memastikan kesimpulan mereka 
dijamin. Mengandalkan metode sains juga dapat membantu politisi memastikan kebijakan mereka 
sejalan dengan bukti terbaik yang tersedia.


A.    Skripsi dengan metode penelitian Kuantitatif

1)      Judul     : Pengaruh Pemaafan Terhadap Marah Pada Remaja Yang Memiliki 
                        Orangtua bercerai.

            Peneliti   : Sriyani (Fakultas Psikologi UNM)
            Tahun     : 2011
Isi penelitian :   
Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemaafan Terhadap Marah Pada Remaja Yang Memiliki Orangtua Bercerai” ini membahas bagaimana perceraian orangtua yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak khusus nya usia remaja. Remaja yang memiliki riwayat broken home atau keluarga yang bercerai umumnya akan menunjukkan ekspresi kemarahan . pada penelitian ini penulis ingin mengetahui pengaruh dari pemaafan terhadap marah pada remaja yang memiliki orangtua bercerai khusus nya di kota Makassar. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan accidental sampling yaitu sebanyak 30 responden yang pengolahan datanya di analisis menggunakan korelasi spearman. Sebagai kesimpulan,peneliti menemukan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikansi antara pemaafan dan marah pada remaja yang memiliki orangtua yang bercerai di kota Makassar, sehingga dapat disimpulakn bahwa semakin tinggi pemaafan maka semakin rendah tingkat marah yang dirasakan pada remaja. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengendalian dan menurunkan marah serta memberikan pemaafan kepada pihak yang pernah menyakiti.



2)      Judul     : Pengaruh Manajemen Spritual Terhadap Kinerja Karyawan                
                Waroeng Steak And Shake Makassar
Penulis  : Dahariah A (fakultas Psikologi UNM)
Tahun   : 2008
Isi Penelitian :
Penelitian yang ditulis pada 2008 ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana saja pengaruh manajemen spiritual terhadap kinerja karyawan di Waroeng Steak And Shake Makassar dimana pada penelitian ini peneliti berhasil mengumpulkan data dari subjek sebanyak 34 dan menggunakaan teknik populasi sampling. Penelitian kuantitatif ini menggunakan alat ukur  skala manajemen spiritual dan skala kinerja karyawan. Data analisis penelitian ini sendiri menggunakan korelasi bivariate spearman product moment. Berdasarkan analisis data yang digunakan oleh peneliti bahwa hipotesis dari penelitian ini diterima karena Ho nya ditolak.  Maka kesimpulan dari penelitian ini adalah benar bahwa terdapat pengaruh manajemen spiritual terhadap kinerja karyawan di Waroeng Steak And Shake Makassar hal ini diharapkan oleh penulis dapat menjadi acuan untuk pengembangan system manajemen organisasi dalam bidang psikologi industry dan organisasi, khusu nya bagi perusahaan yang ingin menerapkan system manajemen spiritual.










B.     Skripsi dengan metode penelitian Kualitatif
1)      Judul : Rasa Syukur Pada Ibu Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus
Penulis : Rizki Rahim (Fakultas Psikologi UNM)
Tahun : 2012
Isi Penelitian :
Penelitian kualitatif ini secara khusus membahas mengenai anak berkebutuhan khusus yang menimbulkan efek atau dinamikan tersendiri bagi orangtua khususnya ibu. Beberapa kasus yang umum terjadi menunjukkan bagaimana reaksi seorang ibu ketika anak yang sejak dulu di nantikannya ternyata memiliki kelainan biasanya menunjukkan reaksi negatif. Namun tak jarang juga ditemui reaksi positif yang diberikan oleh ibu sebagai bentuk rasa syukurnya, sehingga merujuk dari hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran rasa syukur dari ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek penelitian terdiri dari dua orang yaitu ibu dengan anak low vision dan cerebral palsy. Responden penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sample dengan menggunakan observasi dan wawancara. Sebagai kesimpulan di dapatkan bahwa rasa syukur yang dimiliki ibu anak berkebutuhan khusus muncul beberapa factor yaitu kecenderungan untuk bertindak positif, adanya dukungan, perubahan positif pada anak, membandingkan kondisi ketunaan anak dan kondisi spiritual ibu. Yaitu perasaan tenang, peningkatan dalam beribadah, dan ibu mampu mendukung individu lain. Sehingga penelitian ini bermanfaat sebagai bahan bacaan untuk ibu dengan anak berkebutuhan khusus agar dapat mengetahui bagaimana cara mencapai rasa syukur dengan menjalani kehidupan yang baik.



2)      Judul : Sibling Rivalry Pada Saudara Kembar (Studi Kasus Remaja)
Penulis : Farida (Fakultas Psikologi UNM)
Tahun : 2011
Isi penelitian :
Penelitian yang dibuat pada tahun 2011 ini menfokuskan pada tinjauan mengenai Sibling rivalry atau persaingan, rasa cemburu dan rasa benci yang muncul antar saudara untuk mendapatkan afeksi berupa perhatian dan kasih saya lebih dari orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran sibling rivalry pada remaja dan mengetahui pola asuh orangtua terhadap saudara kembar yang mengalami sibling rivalry. Dimana penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kasus. Jumlah subjek satu pasang dan 2 orang inform pendukung. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti menggunakan metode wawancara langsung dan menggunakan guide interview dan observasi. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut menujukkan bahwa subjek yang mengalami sibling rivalry dengan kembaran ditandai dengan pertengkaran yang intens, tidak akur dan saling mengejek, mengadukan saudara dan hal tersebut sangat dipengaruhi dari pola orangtua yang autotaritarian yakni pola asuh yang membatasi dan biasa menghukum atau mendesak anaknya gar mengikuti apa yang diperintahkan nya bias dibilang orangtua yang bersifat otoriter




Motivasi


B. MOTIVASI          
Motivasi adalah kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk bertindak, berpikir, dan merasakan. Perilaku yang termotivasi lebih berenergi, lebih terarah, dan lebih berarti. (King, Laura A., 2017).                                                          
Motif atau dalam bahasa Inggris “motive”, berasal dari kata movere atau motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. (Sarlito W. Sarwono, 2014) mengatakan bahwa dalam psikologi, istilah motif pun erat hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau perilaku. Motif dalam psikologi berarti juga rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku (behavior). Di samping istilah “motif”, dikenal pula dalam psikologi istilah “motivasi”. (Sarlito W. Sarwono, 2014) mengatakan bahwa motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang merujuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada tindakan atau perbuatan. Misalnya, seseorang yang baru lulus universitas dan sedang mencari pekerjaan. Dia akan sangat bermotivasi dalam mencari pekerjaan. Dia rajin membaca iklan lowongan kerja, rajin menulis surat lamaran, dan ketika ada panggilan untuk mengikuti wawancara ia akan bangun pagi-pagi sekali, mandi, bersiap-siap dan segera berangkat agar tidak terlambat. Sementara itu motifnya sendiri untuk mencari pekerjaan adalah untuk membantu orang tuanya yang sudah pension, di samping ia ingin belajar mandiri.
1. Teori tentang motivasi:
a.       Pendekatan Evolusioner                                           
        Pendekatan evolusioner memperhitungkan peran insting dalam motivasi. Insting adalah pola biologi bawaan dari perilaku yang diasumsikan bersifat universal bagi suaitu spesies. Para psikolog evolusioner menekankan bagaimana motivasi manusia berakar pada sejarah evolusioner kita (Bolhuis dkk., 2011; Buss, 2012).  Karena pendekatan evolusioner menekankan pada pewarisan gen seseorang, teori ini berfokus pada area kehidupan yang terutama relevan dengan reproduksi, seperti perilaku seksual dan sebagainya. (King, Laura A., 2017).
b.      Teori pengurangan dorongan
Cara lain untuk mempelajari motivasi adalah melalui konstruksi dorongan dan kebutuhan. Dorongan adalah suaut kondisi tegangan yang tergugah yang terjadi karena kebutuhan fisiologis. Dan kebutuan adalah kekurangan yang memberikan energi pada dorongan untuk menghilangkan kekurangan yang ada. Teori penurunan dorongan menjelaskan bahwa ketika dorongan menjadi semakin kuat, kita termotivasi untuk menurunkannya. (King, Laura A., 2017).
2. Faktor yang mempengaruhi motivasi         
Motivasi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal                                       
a.       Faktor internal yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri atas:
1)      Persepsi individu mengenai diri sendiri
2)      Harga diri dan prestasi
3)      Harapan
4)      Kebutuhan
b.      Faktor eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri individu, yang terdiri atas:
1)      Jenis dan sifat pekerjaan
2)      Kelompok kerja dimana individu bergabung
3)      Situasi lingkungan pada umumnya
4)      Sistem imbalan yang diterima.
3. Sumber motivasi
Sumber motivasi dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a.       Intrinsik (berasal dari dalam diri individu)
Suatu perilaku dikategorikan didasari motivasi intrinsik bila alasan dari perilaku tersebut berhubungan langsung dengan fungsi perilaku tadi. Contoh: makan karena perut terasa lapar.
b.      Ekstrinsik (berasal dari luar individu)
Suatu perilaku dikategorikan didasari motivasi ekstrinsik bila alasan dari perilaku tersebut tidak berhubungan langsung dengan fungsi perilaku tadi. Contoh: makan karena menghargai tawaran dari tuan rumah, padahal perut tidak lapar.